Selasa, 22 Februari 2011

LINHUT

Mata Kuliah    : Perlindungan Hutan
Hari/tanggal    : Senin/21 Februari 2011
Kelas               : Silvikultur


Segitiga Api dan Pemindahan Panas

Kelompok 6
1.      Agil Gilang Ramadhan           E44090018
2.      Dewi Rengganis                      E44090012
3.      Memet Slamet                         E44090036
4.      Rai Rizki                                 E440900
5.      Gita                                         G


Dosen Praktikum :
Dr. Erianto Indra Putra


DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011




I.                   PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
1.2  Tujuan Praktikum
a.      Untuk membuktikan bahwa terjadinya proses pembakaran harus tersedia ketiga unsur bahan baku proses pembakaran yaitu bahan bakar, sumber panas dan oksigen.
b.      Untuk menentukan macam-macam cara pemindahan panas pada suatu proses pembakaran

II.                TINJAUAN PUSTAKA
Pembakaran dan api adalah dua kata yang akan selalu berhubungan dan dalam ilmu kebakaran dua kata tersebut sudah menjadi tak terpisahkan.
Pembakaran/api adalah peristiwa proses reaksi oksidasi cepat yang biasanya menghasilkan panas dan cahaya (energi panas dan energi cahaya).
Dalam konteks masalah kebakaran dapat dikatakan bahwa reaksi oksidasi adalah reaksi pengikatan unsur oksigen oleh reduktor/pereduksi (bahan bakar). Sedang dalam konteks lebih luas, dalam ilmu kimia, reaksi oksidasi didefinisikan sebagai reaksi pemberian elektron oleh oksidator/pengoksidasi kepada reduktor/pereduksi.
Di atas telah disebutkan bahwa pembakaran/api adalah peristiwa oksidasi cepat, berarti ada reaksi oksidasi lambat. Untuk rekasi oksidasi lambat sebagai contohnya adalah peristiwa perkaratan besi. Satu hal yang perlu di pahami adalah bahwa hanya gas yang dapat terbakar. Jadi bahan bakar dengan bentuk fisik padatan dan cairan sebelum ia dapat terbakar ia harus dirubah dahulu ke bentuk fisik gas. Untuk bahan bakar padat harus mengalami pyrolysis, sehingga ter-bentuk gas-gas yang lebih seder-hana yang akan terbakar. Sedang untuk bahan bakar bentuk cairan oleh panas akan diuapkan, lalu uap bahan bakar tadi yang akan terbakar.
Kembali ke masalah kebakaran ada peristiwa yang sering terjadi seiring dengan
kebakaran, yaitu ledakan/explosion. Ledakan/explosion adalah peristiwa oksidasi yang sangat cepat.
B. NYALA API
Selama ini api, umumnya, selalu identik dengan nyala api, sesungguhnya ini adalah salah satu dari bentuk api. Nyala api sesung-guhnya adalah gas hasil reaksi dengan panas dan cahaya yang ditimbulkannya. Warna dari nyala api ditentukan oleh bahan-bahan yang bereaksi (terbakar). Warna yang dihasilkan oleh gas hidrokarbon, yang bereaksi sempurna dengan udara (oksigen) adalah biru terang. Nyala api akan lebih mudah terlihat ketika karbon dan padatan lainnya atau liquid produk antara dihasilkan oleh pembakaran tidak sempurna naik dan berpijar akibat temperatur dengan warna merah, jingga, kuning, atau putih, tergantung dari tem-peraturnya.
C. BARA API
Bara api memiliki cirri khas yaitu tidak terlihatnya nyala api, akan tetapi adanya bahan-bahan yang sangat panas pada permukaan dimana pembakaran terjadi. Contoh yang baik untuk bara api adalah batu bara. Warna dari bara api pada permukaan benda berhubungan dengan temperaturnya. Beberapa warna yang terlihat dan tempe-raturnya ditampilkan seperti di tabel 1.
D. OKSIGEN
Pada pertama dari segitiga adalah oksigen. Oksigen adalah gas yang tidak dapat terbakar (nonflam-meable gas) dan juga merupakan satu kebutuhan untuk kehidupan yang sangat mendasar. Di atas permukaan laut, atmosfir kita me-miliki oksigen dengan konsentrasi sekitar 21%. Sedang untuk ter-jadinya pembakaran/api oksigen dibutuhkan minimal 16%. Kembali lagi, oksigen itu sendiri tidak terbakar, ia hanya mendukung proses pembakaran.
E. PANAS
Sisi kedua adalah panas. Panas adalah suatu bentuk energi yang dibutuhkan untuk meningkatkan temperatur suatu benda/ bahan bakar sampai ketitik dimana jumlah uap bahan bakar tersebut tersedia dalam jumlah cukup untuk dapat terjadi penyalaan. Cara-cara Perpindahan Panas diantaranya,
Panas dapat berpindah dan dalam suatu kejadian kebakaran perpindahan panas ini harus mendapat perhatian yang besar, karena apabila perpindahan panas tidak terkontrol akan dapat mengakibatkan kebakaran meluas dan atau mengakibatkan kebakaran lain. Perpindahan panas ini dapat terjadi dengan berbagai cara, yaitu: konduksi, konveksi dan radiasi; dan khusus dalam masalah kebakaran ada juga yang disnyulutan langsung.
Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas yang terjadi secara molekuler, jadi panas berpindah di dalam suatu bahan penghantar (konduktor) dari satu titik ketitik lain yang memiliki temperatur lebih rendah. Sebagai gambaran adalah apabila kita memanaskan salah satu ujung sebuah tongkat besi maka lambat laun panas akan berpindah keujung lainnya, sedangkan tongkat tersebut tidak berubah bentuk.
Konveksi
Konveksi adalah perpindahan panas yang berhubungan dengan bahan fluida atau bahan yang dapat mengalir dalam bentuk gas atau cairan. Pada konveksi panas berpindah dengan berpindahnya bahan penghantar, atau lebih tepat bahan pembawa panas tersebut. Sebagai gambaran adalah apabila terjadi kebakaran di lantai bawah sebuah bangunan bertingkat, maka panas akan dibawa oleh asap atau gas hasil pembakaran yang panas ke lantai di atasnya.
Radiasi
Perpindahan panas dengan cara radiasi tidak membutuhkan suatu bahan penghantar seperti pada dua perpindahan panas sebe-lumnya. Pada radiasi panas berpindah secara memancar, jadi panas dipancarkan segala arah dari suatu sumber panas. Sebagai contohnya adalah radiasi sinar matahari, yang kita semua tahu bahwa dari jarak yang jutaan kilometer melalui ruang kosong di antariksa panas matahari dapat sampai ke bumi.


III.             BAHAN DAN METODE
3.1  Bahan dan Alat
1.    Lilin
2.    Gelas ukur 200 ml, 300 ml, 500 ml, dan 1000 ml
3.    Korek api
4.    Alat pengukur waktu (stopwatch)
5.    Lampu  templok
3.2  Metode Praktikum
a.     Segitiga Api
1.    Lilin dinyalakan menggunakan korek api, sumbu antara 0.5-
1cm
2.    Lilin yang sudah dinyalakan ditutup oleh gelas 200 ml
3.    Waktu yang diperlukan untuk memadamkan api dihitung menggunakan stopwatch
4.    Gelas didinginkan sampai ke suhu semula
5.    Kegiatan tersebut dilakukan berulang dengan menggunakan gelas ukur yang tersedia sebanyak tiga kali.

b.   Pemindahan Panas
1.    Lampu templok disiapkan dan dikeluarkan sumbunya
2.    Lampunya dinyalakan dengan api yang kecil
3.   Semprong lampu di pegang oleh dua jari ditempatkan di pangkal dan ujung lampu
4.    Lama jari bertahan di kaca lampu di hitung menggunakan stopwatch






IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengamatan Volume Gelas dan Lama Penyalaan
Volume Gelas (ml)
Lama Lilin Menyala
Rata-rata (detik)
Jarak(cm)
1
2
3
Sumbu-gelas
Ujung api-gelas
200
4.06’
3.9’
3.87’
3.943’
4
1
300
7.54’
6.28’
8.3’
7.373’
9
6
500
10.03’
8.62’
11.31’
11.31’
12
9
1000
16.53’
15.18’
18.38’
18.38’
13.5
10.5


           









              Tabel 2. Hasil Pengamatan Pemindahan Panas pada Semprong
Titik  Pengamatan
Jenis Pemindahan Panas
Keterangan ulangan
1
2
3
A (ujung bawah)
Konduksi
81
102
154
A-B (antara ujung atas-ujung bawah)
Konduksi
28.65
22.18
27.11
C (7 cm diatas ujung  lampu)
Radiasi
42.03
62
6.93

     


4.2  Pembahasan(data blum diudah)
Proses pembakaran adalah proses kimia-fisika yang merupakan kebalikan dari reaksi fotosintesis. Pada percobaan pertama, lilin menyala paling lama ketika ditutup oleh gelas berukuran 1000 ml dan lilin cepat padam ketika ditutup oleh gelas berukuran 200 ml. Semakin besar ukuran gelas menentukan banyaknya volume oksigen yang ada didalam gelas. Kadar volume oksigen yang sedikit dapat menyebabkan api padam, sedangkan dengan kadar volume oksigen yang lebih banyak api dapat bertahan lebih lama. Hal ini membuktikan bahwa keberadaan oksigen dapat mempengaruhi dalam prose pembakaran. Sesuia dengan syarat-syarat terjadinya nyala yaitu oksigen, bahan bakar, dan panas. Jika salah satunya tidak ada maka api akan padam. Pada praktikum kali ini, dilakukan pengamatan lama nyala api yang dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang terdapat di dalam gelas ukur sebagai variabel bebasnya. Masing-masing gelas dilakukan percobaan dengan 3 kali pengulangan. Pada volume gelas 200 ml didapatkan hasil 5.97’detik (pengulangan 1), 7.44’detik, dan 7 detik dengan rata-rata nyala api selama 6.803’detik. Pada volume gelas  300 ml didapatkan hasil 13.30’detik, 17.50’detik, 10.78’detik dengan rata-rata nyala api selama 11.36’detik. Pada volume gelas 500 ml didapatkan hasil 19.00’detik, 17.50’detik, dan 11.58’detik dengan rata-rata nyala api selama 16.03’detik. Pada volume gelas 1000 ml didapatkan hasil 26.31’detik, 23.76’detik, 21.30’detik dengan rata-rata nyala api selama 23.79’detik.
 Hasil dari proses pembakaran energi merupakan panas. Perpindahan tersebut dapat berupa konveksi, konduksi, maupun radiasi. Percobaan kedua mengidentifikasi pemindahan panas apa yang terjadi di bagian pangkal, tengah, dan ujung kaca lampu templok. Perpindahan panas yang terjadi pada daerah A (bagian bawah lampu templok) merupakan perpindahan panas berupa konduksi karena perpindahan panas berpindah melalui permukaan kaca lampu templok. Perpindahan panas pada daerah A-B (antara ujung atas-ujung bawah) merupakan proses konduksi yang perpindahan panasnya melalui permukaan kaca lampu templok yang bersentuhan dengan tangan praktikan. Pada bagian C (7cm diatas ujung lampu) terjadi perpindahan panas secara radiasi, yaitu melalui udara yang ada di sekitar api.
  Terdapat faktor-faktor yang dapat menyebabkan ketidakakuratannya data yang diperoleh. Faktor-faktor tersebut berasal dari praktikan, alat dan perlakuan yang dilakukan. Faktor ketelitian dalam pengamatan menjadi yang utama saat percobaan dilakukan agar diperoleh data yang akurat. Pada saat menghitung waktu dengan stopwatch masih terjadi keterlambatan dalam menghentikan alat pencatat waktu tersebut. Ketidakrataan permukaan mulut gelas juga berpengaruh terhadap data yang diperoleh karena terdapat celah yang dapat menyebabkan oksigen dari luar masuk ke dalam gelas. Semakin lama lilin digunakan menyebabkan semakin panjang sumbu sehingga berpengaruh terhadap besarnya nyala api yang berbeda disetiap ulangannya.



V.                KESIMPULAN
Dari hasil praktikum didapat disimpulkan bahwa nyala api pada lilin yang ditutup gelas kaca yang lebih besar memiliki waktu meyala lebih lama dikarenakan pasokan Oksigen yang lebih banyak. Hubungan jumlah pasokan oksigen terhadap nyala api ialah berbanding lurus, yaitu semakin banyak kadar oksigen yang terdapat pada suatu tepat yang bernyala api maka semakin lama waktu nyala api dan dapat mengakibatkan api semkain besar, tetapi sebaliknya apabila jumlah kadar oksigen yang terdapat pada suatu areal yang terdapat nyala api sedikit, maka nyala api yang terjadipun semakin kecil dan lama kelamaan api akan mati jika pemasokan oksigen dihentikan akan mati.

VI.             DAFTAR PUSTAKA

LINHUT

Mata Kuliah    : Perlindungan Hutan
Hari/tanggal    : Senin/21 Februari 2011
Kelas               : Silvikultur


Segitiga Api dan Pemindahan Panas

Kelompok 6
1.      Agil Gilang Ramadhan           E44090018
2.      Dewi Rengganis                      E44090012
3.      Memet Slamet                         E44090036
4.      Rai Rizki                                 E440900
5.      Gita                                         G


Dosen Praktikum :
Dr. Erianto Indra Putra


DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011




I.                   PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
1.2  Tujuan Praktikum
a.      Untuk membuktikan bahwa terjadinya proses pembakaran harus tersedia ketiga unsur bahan baku proses pembakaran yaitu bahan bakar, sumber panas dan oksigen.
b.      Untuk menentukan macam-macam cara pemindahan panas pada suatu proses pembakaran

II.                TINJAUAN PUSTAKA
Pembakaran dan api adalah dua kata yang akan selalu berhubungan dan dalam ilmu kebakaran dua kata tersebut sudah menjadi tak terpisahkan.
Pembakaran/api adalah peristiwa proses reaksi oksidasi cepat yang biasanya menghasilkan panas dan cahaya (energi panas dan energi cahaya).
Dalam konteks masalah kebakaran dapat dikatakan bahwa reaksi oksidasi adalah reaksi pengikatan unsur oksigen oleh reduktor/pereduksi (bahan bakar). Sedang dalam konteks lebih luas, dalam ilmu kimia, reaksi oksidasi didefinisikan sebagai reaksi pemberian elektron oleh oksidator/pengoksidasi kepada reduktor/pereduksi.
Di atas telah disebutkan bahwa pembakaran/api adalah peristiwa oksidasi cepat, berarti ada reaksi oksidasi lambat. Untuk rekasi oksidasi lambat sebagai contohnya adalah peristiwa perkaratan besi. Satu hal yang perlu di pahami adalah bahwa hanya gas yang dapat terbakar. Jadi bahan bakar dengan bentuk fisik padatan dan cairan sebelum ia dapat terbakar ia harus dirubah dahulu ke bentuk fisik gas. Untuk bahan bakar padat harus mengalami pyrolysis, sehingga ter-bentuk gas-gas yang lebih seder-hana yang akan terbakar. Sedang untuk bahan bakar bentuk cairan oleh panas akan diuapkan, lalu uap bahan bakar tadi yang akan terbakar.
Kembali ke masalah kebakaran ada peristiwa yang sering terjadi seiring dengan
kebakaran, yaitu ledakan/explosion. Ledakan/explosion adalah peristiwa oksidasi yang sangat cepat.
B. NYALA API
Selama ini api, umumnya, selalu identik dengan nyala api, sesungguhnya ini adalah salah satu dari bentuk api. Nyala api sesung-guhnya adalah gas hasil reaksi dengan panas dan cahaya yang ditimbulkannya. Warna dari nyala api ditentukan oleh bahan-bahan yang bereaksi (terbakar). Warna yang dihasilkan oleh gas hidrokarbon, yang bereaksi sempurna dengan udara (oksigen) adalah biru terang. Nyala api akan lebih mudah terlihat ketika karbon dan padatan lainnya atau liquid produk antara dihasilkan oleh pembakaran tidak sempurna naik dan berpijar akibat temperatur dengan warna merah, jingga, kuning, atau putih, tergantung dari tem-peraturnya.
C. BARA API
Bara api memiliki cirri khas yaitu tidak terlihatnya nyala api, akan tetapi adanya bahan-bahan yang sangat panas pada permukaan dimana pembakaran terjadi. Contoh yang baik untuk bara api adalah batu bara. Warna dari bara api pada permukaan benda berhubungan dengan temperaturnya. Beberapa warna yang terlihat dan tempe-raturnya ditampilkan seperti di tabel 1.
D. OKSIGEN
Pada pertama dari segitiga adalah oksigen. Oksigen adalah gas yang tidak dapat terbakar (nonflam-meable gas) dan juga merupakan satu kebutuhan untuk kehidupan yang sangat mendasar. Di atas permukaan laut, atmosfir kita me-miliki oksigen dengan konsentrasi sekitar 21%. Sedang untuk ter-jadinya pembakaran/api oksigen dibutuhkan minimal 16%. Kembali lagi, oksigen itu sendiri tidak terbakar, ia hanya mendukung proses pembakaran.
E. PANAS
Sisi kedua adalah panas. Panas adalah suatu bentuk energi yang dibutuhkan untuk meningkatkan temperatur suatu benda/ bahan bakar sampai ketitik dimana jumlah uap bahan bakar tersebut tersedia dalam jumlah cukup untuk dapat terjadi penyalaan. Cara-cara Perpindahan Panas diantaranya,
Panas dapat berpindah dan dalam suatu kejadian kebakaran perpindahan panas ini harus mendapat perhatian yang besar, karena apabila perpindahan panas tidak terkontrol akan dapat mengakibatkan kebakaran meluas dan atau mengakibatkan kebakaran lain. Perpindahan panas ini dapat terjadi dengan berbagai cara, yaitu: konduksi, konveksi dan radiasi; dan khusus dalam masalah kebakaran ada juga yang disnyulutan langsung.
Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas yang terjadi secara molekuler, jadi panas berpindah di dalam suatu bahan penghantar (konduktor) dari satu titik ketitik lain yang memiliki temperatur lebih rendah. Sebagai gambaran adalah apabila kita memanaskan salah satu ujung sebuah tongkat besi maka lambat laun panas akan berpindah keujung lainnya, sedangkan tongkat tersebut tidak berubah bentuk.
Konveksi
Konveksi adalah perpindahan panas yang berhubungan dengan bahan fluida atau bahan yang dapat mengalir dalam bentuk gas atau cairan. Pada konveksi panas berpindah dengan berpindahnya bahan penghantar, atau lebih tepat bahan pembawa panas tersebut. Sebagai gambaran adalah apabila terjadi kebakaran di lantai bawah sebuah bangunan bertingkat, maka panas akan dibawa oleh asap atau gas hasil pembakaran yang panas ke lantai di atasnya.
Radiasi
Perpindahan panas dengan cara radiasi tidak membutuhkan suatu bahan penghantar seperti pada dua perpindahan panas sebe-lumnya. Pada radiasi panas berpindah secara memancar, jadi panas dipancarkan segala arah dari suatu sumber panas. Sebagai contohnya adalah radiasi sinar matahari, yang kita semua tahu bahwa dari jarak yang jutaan kilometer melalui ruang kosong di antariksa panas matahari dapat sampai ke bumi.


III.             BAHAN DAN METODE
3.1  Bahan dan Alat
1.    Lilin
2.    Gelas ukur 200 ml, 300 ml, 500 ml, dan 1000 ml
3.    Korek api
4.    Alat pengukur waktu (stopwatch)
5.    Lampu  templok
3.2  Metode Praktikum
a.     Segitiga Api
1.    Lilin dinyalakan menggunakan korek api, sumbu antara 0.5-
1cm
2.    Lilin yang sudah dinyalakan ditutup oleh gelas 200 ml
3.    Waktu yang diperlukan untuk memadamkan api dihitung menggunakan stopwatch
4.    Gelas didinginkan sampai ke suhu semula
5.    Kegiatan tersebut dilakukan berulang dengan menggunakan gelas ukur yang tersedia sebanyak tiga kali.

b.   Pemindahan Panas
1.    Lampu templok disiapkan dan dikeluarkan sumbunya
2.    Lampunya dinyalakan dengan api yang kecil
3.   Semprong lampu di pegang oleh dua jari ditempatkan di pangkal dan ujung lampu
4.    Lama jari bertahan di kaca lampu di hitung menggunakan stopwatch






IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengamatan Volume Gelas dan Lama Penyalaan
Volume Gelas (ml)
Lama Lilin Menyala
Rata-rata (detik)
Jarak(cm)
1
2
3
Sumbu-gelas
Ujung api-gelas
200
4.06’
3.9’
3.87’
3.943’
4
1
300
7.54’
6.28’
8.3’
7.373’
9
6
500
10.03’
8.62’
11.31’
11.31’
12
9
1000
16.53’
15.18’
18.38’
18.38’
13.5
10.5


           









              Tabel 2. Hasil Pengamatan Pemindahan Panas pada Semprong
Titik  Pengamatan
Jenis Pemindahan Panas
Keterangan ulangan
1
2
3
A (ujung bawah)
Konduksi
81
102
154
A-B (antara ujung atas-ujung bawah)
Konduksi
28.65
22.18
27.11
C (7 cm diatas ujung  lampu)
Radiasi
42.03
62
6.93

     


4.2  Pembahasan(data blum diudah)
Proses pembakaran adalah proses kimia-fisika yang merupakan kebalikan dari reaksi fotosintesis. Pada percobaan pertama, lilin menyala paling lama ketika ditutup oleh gelas berukuran 1000 ml dan lilin cepat padam ketika ditutup oleh gelas berukuran 200 ml. Semakin besar ukuran gelas menentukan banyaknya volume oksigen yang ada didalam gelas. Kadar volume oksigen yang sedikit dapat menyebabkan api padam, sedangkan dengan kadar volume oksigen yang lebih banyak api dapat bertahan lebih lama. Hal ini membuktikan bahwa keberadaan oksigen dapat mempengaruhi dalam prose pembakaran. Sesuia dengan syarat-syarat terjadinya nyala yaitu oksigen, bahan bakar, dan panas. Jika salah satunya tidak ada maka api akan padam. Pada praktikum kali ini, dilakukan pengamatan lama nyala api yang dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang terdapat di dalam gelas ukur sebagai variabel bebasnya. Masing-masing gelas dilakukan percobaan dengan 3 kali pengulangan. Pada volume gelas 200 ml didapatkan hasil 5.97’detik (pengulangan 1), 7.44’detik, dan 7 detik dengan rata-rata nyala api selama 6.803’detik. Pada volume gelas  300 ml didapatkan hasil 13.30’detik, 17.50’detik, 10.78’detik dengan rata-rata nyala api selama 11.36’detik. Pada volume gelas 500 ml didapatkan hasil 19.00’detik, 17.50’detik, dan 11.58’detik dengan rata-rata nyala api selama 16.03’detik. Pada volume gelas 1000 ml didapatkan hasil 26.31’detik, 23.76’detik, 21.30’detik dengan rata-rata nyala api selama 23.79’detik.
 Hasil dari proses pembakaran energi merupakan panas. Perpindahan tersebut dapat berupa konveksi, konduksi, maupun radiasi. Percobaan kedua mengidentifikasi pemindahan panas apa yang terjadi di bagian pangkal, tengah, dan ujung kaca lampu templok. Perpindahan panas yang terjadi pada daerah A (bagian bawah lampu templok) merupakan perpindahan panas berupa konduksi karena perpindahan panas berpindah melalui permukaan kaca lampu templok. Perpindahan panas pada daerah A-B (antara ujung atas-ujung bawah) merupakan proses konduksi yang perpindahan panasnya melalui permukaan kaca lampu templok yang bersentuhan dengan tangan praktikan. Pada bagian C (7cm diatas ujung lampu) terjadi perpindahan panas secara radiasi, yaitu melalui udara yang ada di sekitar api.
  Terdapat faktor-faktor yang dapat menyebabkan ketidakakuratannya data yang diperoleh. Faktor-faktor tersebut berasal dari praktikan, alat dan perlakuan yang dilakukan. Faktor ketelitian dalam pengamatan menjadi yang utama saat percobaan dilakukan agar diperoleh data yang akurat. Pada saat menghitung waktu dengan stopwatch masih terjadi keterlambatan dalam menghentikan alat pencatat waktu tersebut. Ketidakrataan permukaan mulut gelas juga berpengaruh terhadap data yang diperoleh karena terdapat celah yang dapat menyebabkan oksigen dari luar masuk ke dalam gelas. Semakin lama lilin digunakan menyebabkan semakin panjang sumbu sehingga berpengaruh terhadap besarnya nyala api yang berbeda disetiap ulangannya.



V.                KESIMPULAN
Dari hasil praktikum didapat disimpulkan bahwa nyala api pada lilin yang ditutup gelas kaca yang lebih besar memiliki waktu meyala lebih lama dikarenakan pasokan Oksigen yang lebih banyak. Hubungan jumlah pasokan oksigen terhadap nyala api ialah berbanding lurus, yaitu semakin banyak kadar oksigen yang terdapat pada suatu tepat yang bernyala api maka semakin lama waktu nyala api dan dapat mengakibatkan api semkain besar, tetapi sebaliknya apabila jumlah kadar oksigen yang terdapat pada suatu areal yang terdapat nyala api sedikit, maka nyala api yang terjadipun semakin kecil dan lama kelamaan api akan mati jika pemasokan oksigen dihentikan akan mati.

VI.             DAFTAR PUSTAKA